7.18.2010

Kemukjizatan AlQur’an
1. Pendahuluan
Alam semesta membentang dari timur ke barat, di dalamnya diisi oleh berbagai ciptaan Allah Swt.. Gunung-gunung yang menjulang tinggi, samudera yang membentang luas dan bumi yang terhampar serta semua keindahan dan kemegahan tata surya tercipta untuk kemaslahatan manusia dan untuk melayani kehidupan manusia. Manusia yang telah dibekali dengan akal seharusnya bisa mengambil pelajaran dari apa yang ada disekitarnya.
Manusia tidak diciptakan begitu saja, tapi dengan kasih sayang dan rahmat-Nya, Allah menurunkan wahyu pada rasul-Nya untuk mengajak manusia menempuh jalan petunjuk dan jalan keselamatan. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mau tunduk dan mengikuti wahyu yang disampaikan pada mereka sampai ada bukti yang menunjukkan kebenaran ajaran yang dibawa oleh rasul.
Karenanya, Allah Swt. mengutus setiap rasul-Nya. Disamping menyampaikan risalah kenabian juga dibekali dengan kemampuan diluar kebiasaan manusia sebagai bukti dari kebenaran risalah yang mereka bawa, sehingga manusia menerima dakwah mereka, menjadi tunduk, merasa lemah dan merasa tidak mampu mengalahkan kekuatan itu yang pada akhirnya menghantarkan mereka untuk beriman.
Dahulu, manusia dengan akal yang dimilikinya tidak mampu merenungkan ciptaan Allah di muka bumi dan di alam semesta. Mereka tidak mencoba untuk menyempatkan diri mentadabburi kebesaran Tuhan yang terlukis pada alam semesta. Sehingga Allah mengutus setiap rasul pada kaumnya. Kemudian bersamaan dengan itu Allah bekali setiap rasul dengan mukjizat sebagai tandingan terhadap kemampauan diluar kebiasaan yang berkembang ditengah-tengah kaumnya.
Kemampuan luar biasa atau yang lebih sering dikenal sebagai mukjizat yang dimiliki oleh setiap rasul untuk menandingi dan mengalahkan kemampuan luar biasa yang ada di kaum mereka sehingga dengan adanya itu mereka tidak sanggup melawan, dan muncullah perasaan lemah dalam diri mereka yang pada akhirnya membawa mereka pada keimanan dengan risalah yang dibawa oleh rasul.
Sebagai contohnya adalah, mukjizat nabi Musa dimana dengan tongkatnya bisa berubah menjadi luar dan melahap habis ular-ular yang dimiliki penyihir fir`an. Begitupun dengan mukjizat nabi Isa di bidang ilmu kedokteran. Nabi Isa dengan izin Allah bisa menghidupkan orang yang sudah mati, menyembuhkan orang yang terkena penyakit kusta dan lainnya.
Nah, apakah mukijzat yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw ? Pada masa diutusnya Nabi Muhammad Saw, wilayah arab dikenal dengan keahlian dalam bidang apa?
Dan berbagai pertanyaan lainnya seputar kemukjizatan Alquran akan penulis coba paparkan jawabannya dalam makalah sederhana ini. Semoga ke depan makalah ini dapat memberi pencerahan bagi kita semua.

2. Pengertian Kata I`jaz
I`jâz dalam bahasa arab berarti : menetapkan kelemahan. Ia merupakan lawan dari ketidak mampuan. Apabila kekuatan mukjizat nampak maka akan terbuktilah kemampuan yang membawa mukjizat itu. Adapun maksud dengan i`jâz adalah : sebuah upaya untuk membuktikan kebenaran risalah kenabian yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw. dengan kelemahan bangsa arab untuk menandinginya begitu juga generasi setelah mereka.
Sedangkan pengertian mukjizat adalah : perkara diluar batas kebiasaan yang membawa misi untuk menantang dan tidak bisa dilawan.
Nabi Muhammad Saw. telah menantang bangsa arab dengan Al-qur`an , tapi mereka tidak sanggup mengunggulinya, meskipun mereka adalah para ahli bahasa dan balaghah.

3. Tahap-tahap Rasulullah Saw. Menantang Bangsa Arab dengan Al-Qur`an

1. Rasulullah Saw. menantang bangsa Arab dengan Al-Qur`an secara keseluruhannya, dalam bentuk cakupan yang luas meliputi seluruh jin dan manusia. Dalam hal ini Allah menjelaskan dalam Al-Qur`an
                   
Artinya : Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qura`an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.(Al Isra : 88)

2. Rasulullah Saw. menantang bangsa Arab dengan sepuluh surat dari Al-Qur`an, sebagaimana di jelaskan dalam firman Allah :
                   

Artinya : Bahkan mereka mengatakan, "Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-Qur`an itu." Katakanlah, "(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surat semisal dengannya (Al-Qur`an) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja diantara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (Huud : 13)

3. Rasulullah menantang mereka dengan satu surat, hal ini dijelaskan dalam firman Allah :
                 


Artinya : Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? Katakanlah, "Buatlah sebuah surat yang semisal dengan surat (Al-Qur`an), dan ajaklah siapa saja diantara kamu orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (yunus : 38)
Di ayat lain :
     •               
Artinya : Dan jika kamu meragukan (Al-Qur`an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (Al Baqarah : 23)
Kalau kita meninjau lebih jauh tentang sejarah bangsa arab maka akan kita temukan bahwa mereka adalah para ahli bahasa dan balaghah, namun keunggulan yang mereka miliki itu membuat mereka tidak mampu untuk mendatangkan tandingan Al-Qur`an. Mereka telah berupaya keras untuk mencari-cari sisi kelemahan dan kekurangan dalam Al-Qur`an, tapi pada akhirnya upaya mereka tidak membuahkan hasil.
Mereka terbungkam dan tidak bisa berbuat apa-apa. Sehingga untuk merendahkan Al-Qur`an mereka mencoba dengan cara lain, dengan mengatakan : Al-Qur`an adalah sihir, perkataan ahli sya`ir, atau orang gila atau dongeng orang-orang masa lampau, sehingga telah nyata bahwasanya bangsa Arab tidak sanggup menandingi kehebatan Al-Qur`an meskipun mereka pakar dalam bidang bahasa dan balaghah. Dan juga kemukjizatan Al-Qur`an sebagai tantangan untuk seluruh umat dalam segala masa.

4. Sisi-sisi Kemukjizatan Al-Qur`an

Ibnu Suraqah berkata, "Ahlul Ilmi berpendapat tentang sisi kemukjizatan Alqur`ân. Mereka menyebutkan Alqur`ân, dan menyebutkan sisi-sisinya yang sangat banyak yang kesemuanya penuh hikmah dan benar.
Sekelompok orang berkata, "Sisi kemukjizatannya terletak pada penyampaiannya yang ringkas dengan kandungan balaghahnya.
Diantara pendapat yang lainnya adalah :
- terletak pada albayân dan fashahâhnya
- pembacanya tidak merasa bosan dengannya
- menyebutkan tentang peristiwa-peristiwa masa lalu
- isinya mencakup semua ilmu pengetahuan, dan lain-lainnya.
Syekh Muhammad Abdul`azhim Azzarqani menyebutkan 14 sisi-sisi kemukjizatan yang terdapat dalam Alqur`ân. Diantaranya adalah:
- dari sisi bahasa dan uslubnya yang indah, sehingga membuat para ahli fashâhah terkesima
- alqur`an diturunkan secara berangsur-angsur, selama lebih dari 20 tahun.
- kandungannya yang mencakup seluruh sisi pengetahuan manusia
- selaras dengan kebutuhan manusia di segala masa dan waktu
- adanya ayat-ayat teguran untuk Rasulullah saw. Kalau lah Alqur`an itu perkataan nabi Muhammad saw, tidaklah mungkin beliau mencantumkan terguran-teguran itu di dalam Alqur`an
Sesungguhnya perkembangan ilmu kalam telah mengalami perkembangan yang pesat, sehingga diistilahkan kalamun fi kalamin. Dimana ilmu ini cenderung mengarahkan untuk berfikir bebas yang secara tidak langsung menjadikan pengikutnya menjauh dari Al-Qur`an. Ini terbukti dengan perkataan ulama Kalam yang menyatakan bahwa Al- Qur`an adalah makhluk.
Timbul berbagai pendapat dikalangan ahli ilmu kalam tentang pandangan mereka terhadap sisi- sisi I`jâz Al-Qur`an.

1. Abu Ishaq Ibrahim An Nazhzham berpendapat, bahwasanya kemukjizatan Al- Qur`an adalah dengan shurfâh, pendapat ini pun diikuti oleh pengikutnya yang bernama Al Murtadha dari golongan Syi`ah.
Ash shurfâh dalam pandangan An Nazhzham adalah: bahwasanya Allah memalingkan bangsa Arab dari penentangan terhadap Al-Qur`an meskipun mereka mempunyai kemampuan untuk itu sehingga pemalingan ini suatu hal diluar kesanggupan mereka.
Dalam pengertian Al Murtadha bahwasanya Allah meniadakan atau menarik ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk melakukan penentangan terhadap Al-Qur`an. Sehingga dari pengertian itu dapat disimpulkan bahwa yang melemahkan ( al mu`jiz) adalah kekuatan Allah dan Al-qur`an bukanlah mu`jizat.
Al Qadhi Abu Bakar Albaqilani mengatakan, "Pandangan ini dapat dipatahkan, kalau sekiranya penantangan suatu hal yang mungkin tetapi tidak bisa terlaksana karena Ash shurfâh tadi maka Firman Allah bukanlah mu`jiz, akan tetapi mu`jizat adalah suatu kekuatan yang menghalangi mereka untuk melakukan penentangan itu."
Jika kekuatan mereka dirampas maka tidaklah berguna mereka berkumpul untuk menantang Al-Qur`an, ibarat berkumpulnya orang –orang yang telah meninggal.

2. Sebagian kaum berpendapat, bahwa A-Qur`an memiliki sisi- sisi kemu`jizatan dari sisi balaghahnya yang telah mencapai puncak kegemilangannya yang tidak ada tandingannya. Pendapat ini dikemukan oleh pakar bahasa Arab yang sangat mencintai nilai- nilai sastra yang tinggi.

3. Sebagian yang lain mengatakan, sesungguhnya sisi kemu`jizatan Al-Qur`an itu terdapat pada sisi Al Fawâshil dan Al maqâthi`.

4. Yang lain mengatakan bahwasanya i`jâz Alquran itu terletak pada pengkabarannya terhadap perkara–perkara yang gaib, baik yang akan terjadi di masa depan ataupun yang sudah terjadi di masa lalu.

5. Sebagian yang lain berpendapat bahwasanya sisi-sisi kemu`jizatan al-Qur`an itu terdapat pada kandungannya, berbagai macam disiplin ilmu dan hikmah yang tinggi.
Sebenarnya masih banyak sisi-sisi kemu`jizatan Al-Qur`an, sebagian ulama menyebutkan jumlahnya sepuluh atau lebih.
Tapi pada dasarnya A-Qur`an mengandung kemu`jizatan baik dari sisi-sisi lafaz, metode, huruf, sastra, ma`âni-ma`âni, keilmuan, pengetahuan, syari`atnya dan lainnya.

5. Kadar Kemukjizatan Al-Qur`an

1. Golongan Muktazilah berpendapat bahwasanya kemukjizatan Al –Qur`an terletak pada Al-Quran keseluruhan bukan sebahagian.

2. Sebagian berpendapat bahwasanya kemu`jizatan Al-Quran sedikit atau banyak tanpa diikat dengan surat.

3. Segolongan lain berpandangan bahwasanya kemukjizatan Al-Qur`an terletak pada surat yang lengkap meskipun surat itu pendek atau kadarnya dalam bentuk perkataan seperti satu ayat atau beberapa ayat.

Sebenarnya dari sisi manapun kemukjizatan Al-Qur`an ataupun kadarnya orang yang mengkaji untuk mencari kebenaran yang sejati jika melihat Al-Qur`an dari segala sisi dia akan mencintainya, baik dari sisi metodenya ataupun dari sisi keilmuannya atau juga dari sisi pengaruhnya terhadap kehidupan yang telah merubah wajah sejarah.

6. Aspek- Aspek Kemukjizatan Al-Qur`an

1. Aspek Kemukjizatan Bahasa

Bangsa Arab telah menekuni seni bahasa arab semenjak munculnya bahasa mereka sehingga bahasa Arab mengalami perkembangan–perkembangan yang pesat dan berkembanglah syair-syair, hikmah dan amtsâl. Dan setiap kali bahasa Arab berkembang namun ketika dihadapkan dengan bahasa Al-Qur`an tetap saja tidak bisa menandingi ketinggian nilai sastranya. Maka tidak heran banyak dari pemuka-pemuka Quraisy yang terpukau dengan keindahan bahasa Al-Quran yang pada akhirnya mengantarkan mereka memeluk agama Islam. Itulah ketentuan Allah sebagai bukti kebesarannya yang mana ketika orang membaca dan memahami Al-Qur`an akan muncullah rasa kagum dalam dirinya dan pada saat yang sama ia merasa tidak sanggup menandinginya. Adapun orang-orang yang tertipu oleh angan-angan dan terkena penyakit sombong kemudian berupaya untuk mengalahkan Al-Qur`an mereka selalu mengalami kegagalan.
Tidak ada satu orangpun dari bangsa Arab yang beralasan untuk tidak perlu melakukan penentangan terhadap al-Qur`an, walau itu mungkin terjadi, karena sejarah telah mencatat bahwa telah lengkap dan memadainya faktor yang membuat mereka untuk menentang al-Qur`an. Dimana mereka menanggapi risalah kenabian dengan sikap congkak dan angkuh.
Ketika mereka gagal untuk mengalahkan Al-Qur`an mereka mengambil jalan lain dengan menawarkan pada Nabi Muhammad harta, kekuasaan, agar ia menghentikan dakwahnya. Bahkan mereka memboikot Rasulullah dan pengikutnya sehingga mati kelaparan. Mereka juga menunduh nabi sebagai seorang ahli sihir dan orang gila. Merekapun berupaya untuk menangkapnya, mengusirnya dan membunuhnya.
Dan nabi telah menujukkan mereka satu jalan untuk menghentikan dakwahnya dengan cara mendatangkan perkataan yang serupa dengan Al-Qur`an. Akan tetapi mereka tidak sanggup menempuh jalan itu.
Sehingga mereka lebih memilih jalan lain, walaupun mereka terbunuh, ditahan, hidup dalam keaadan miskin, dan kehinaan lebih mereka pilih dari pada harus menentang dakwah nabi Muhammad dengan cara mendatangkan perkataan serupa Al-Qur`an.
Sebenarnya al-Qur`an yang mereka tidak sanggup untuk menentangnya, tidaklah keluar dari kaidah-kaidah bahasa mereka, baik dari sisi lafaz, huruf, rangkaian kata , metode. Akan tetapi al-Qur`an dari keindahan bahasanya telah sampai pada satu titik yang membuat lemah kemampuan bahasa yang dimiliki oleh manusia untuk menandinginya.

2. Aspek Kemukjizatan Ilmiah

Kebanyakan manusia keliru ketika mereka beranggapan bahwa Al-Qur`an mengandung semua teori ilmiah. Sehingga setiap kali muncul teori keilmuwan yang baru, mereka berupaya mencocokkannya dengan Al-Qur`an agar sesuai dengan teori tersebut.
Sumber kekeliruan dalam hal ini adalah, bahwa ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman. Sehingga ilmu itu masih dalam upaya penyempurnaan terus menerus dan terkadang mengalami kekeliruan. Dan ini terus berlanjut sampai mendekati pada kebenaran dan derajat yakin. Dan setiap teori akan melewati masa pengkajian, percobaan sampai pada tahap pembenaran.
Sehingga tidak dapat dihindari sewaktu-waktu penemuan dan teori dapat berubah. Bahkan banyak diantara penemuan yang telah di temukan manusia yang pada awalnya telah diyakini kebenarannya, namun setelah dilakukan kajian ulang ternyata keliru.
Orang-orang yang menafsirkan Al-Qur`an dengan mencocokannya dengan teori ilmiah, dan berupaya untuk mengambil dari Al-Qur`an pencocokan terhadap berbagai permasalahn dalam lingkup ilmiah, sama halnya mereka telah berlaku buruk pada Al-Qur`an, walaupun mereka beranggapan bahwa tindakan itu benar.
Karena problem-problem keilmuwan selalu mengalami perubahan, sehingga ketika penafsiran Al-Qur`an dengan cara demikian, kemudian teori itu berubah atau gagal maka sama halnya kebenaran al-Qur`an akan menjadi diragukan. Al-Qur`an adalah kitab hidayah dan aqidah, yang mengajak jiwa-jiwa manusia untuk menempuh jalan-jalan mulia dan terpuji.
Kemukzijatan ilmiah yang dimiliki oleh Al-Qur`an bukan terletak pada sisi cakupannya terhadap seluruh aspek teori-teori ilmiah yang akan selalu bertambah dan mengalami perubahan, akan tetapi terletak pada anjurannya untuk selalu berfikir. Al-Qur`an memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya memikirkan penciptaan alam semesta.
Maka teori keilmuwan apapun, kaidah apapun, yang akan meneguhkan posisi akal, menguatkan keyakinannya, terwujud dari aplikasi berfikir yang sehat sebagaimana yang dianjurkan Al-Qur`an.
Al-Qur`an menjadikan upaya berfikir terhadap pecnciptaan alam semesta sebagai bentuk sarana menumbuhkan dan menambah keimanan pada Allah Swt.
Al-Qur`an memerintahkan untuk memikirkan tentang makhluk Allah yang ada di langit dan bumi [Ali Imran : 190-191]
Al-Qur`an juga memerintahkan manusia memikirkan tentang dirinya, tentang bumi yang ia tinggal di dalamnya dan tentang alam yang mengitarinya [Ar-Rum: 8]
Al-Qur`an juga memerintahkan untuk menggunakan akal untuk memahami, mengetahui terhadap berbagai hal [ Al-Baqarah: 219]
Al-Qur`an telah mengangkat posisi muslim dengan keutamaan ilmu [Almujadalah : 11]
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa kemukjizatan ilmiah Al-Qur`an menuntun untuk berfikir dan membuka untuk kaum muslimin pintu-pintu pengetahuan, dan mengajak mereka untuk berkontribusi di dalamnya, berkembang dan menerima setiap inovasi yang dimunculklan dari penemuan-penemuan ilmiah.
Begitulah isyarat-isyarat ilmiah dalam Al-Qur`an yang datang dalam bentuk petunjuk ilahi agar manusia mencari dan terus melakukan berbagai perenungan.

3. Aspek Kemukjizatan Syariat

Manusia secara naluri membutuhkan orang lain. Dan rasa saling membutuhkan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari manusia. Sikap hidup saling bantu membantu merupakan gambaran begitu perlunya terbina hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lain.
Namun disi lain, sering kali kita temukan seseorang berlaku zhalim pada orang, atau mengambil hak-hak orang lain dengan paksa. Hal ini terjadi disebabkan tidak adanya nya peraturan atau undang-undang yang diberlakukan untuk menjaga kehormanisan kehidupan ditengah manusia. Sehingga pada akhirnya kehidupan manusia akan kacau dan hak-hak setiap orang terampas oleh orang yang lebih kuat.
Sudah banyak kita temukan dalam sejarah kehidupan manusia tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan adil, tapi sering kali upaya itu tidak sampai pada tujuan yang diinginkan. Sehingga kehidupan harmonis yang diharapkan tidak pernah terealisasi.
Islam datang membawa keadilan, membawa syariat untuk menciptakan kenyaman dalam hidup bermasyarakat. Dalam pembentukan masyarakat yang baik tidak dapat terlepas dari upaya awal untuk membentuk dan mendidik kepribadian yang baik pula. Sehingga bila setiap individu yang menjadi anggota masyarakt telah baik, secara tidak langsung kebaikan itu akan memunculkan kebaikan koletif.
Al-Qur`an menuntun setiap muslim untuk memegang teguh ketauhidan yang merupakan landasan pokok dalam beramal. Ketauhidan ini akan menjauhkan dirinya dari keyakinan terhadap khurafat, keraguan, dan dari menjadi budak nafsu serta penyembahan terhadap syahwat. Sehingga ia menjadi seorang hamba yang bersih keyakinannya pada Allah. Yang hanya patuh dan tunduk pada Tuhan yang satu. Tidak butuh kepada selainNya. Tuhan yang memiliki kesempurnaan. Yang darinya datang segala kebaikan untuk segenap makhlukNya. Dialah tuhan yang satu, pencipta yang satu, yang maha kuasa atas segala sesuatu.
Apabila akidah seorang muslim telah lurus dan benar maka hendaklah ia mengambil konsep hidupnya sesuai dengan tuntunan syariat yang dinyatakan dalam Al-Qur`an. Setiap ibadah fardhu yang ditujukan untuk kemaslahatan individu akan tetapi pada waktu yang bersamaan ia juga bertujuan untuk kemaslahatan hidup bersama.
Ibadah shalat bertujuan untuk mencegah seseorang dari berperilaku keji dan mungkar [Al-Angkabut : 45]. Dengan terlaksananya shalat dengan baik, akan terpancarlah pada diri seorang muslim sikap yang baik pula, tenang dan membawa kedamaian pada orang yang ada disekitarnya.
Zakat membuang dari diri sikap bakhil, kecintaan pada dunia, ketamakan pada harta. Disisi lain zakat akan menjadi sarana saling tolong menolong antara yang kaya pada yang miskin. Dimana yang kaya memberikan sebahagian dari hartanya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan berhak.
Ibadah haji adalah sarana untuk latihan diri menempuh kesulitan. Pada saat haji semua manusia akan berkumpul pada satu tempat, semuanya dengan pakaian yang sama, dan tidak ada yang membedakan mereka kecuali ketakwaan.
Sedangkan puasa melatih seseorang untuk mengendalikan hawa nafsunya. Ketika berpuasa seseorang akan dilatih untuk menahan amarahnya. Disamping akan terlatih kejujurannya. Semua ibadah diatas bila dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya akan melahirkan dalam diri setiap muslim pribadi yang soleh, Al-Qur`an juga mengajarkan untuk berlaku sabar, jujur, bersikap adil, ihsan, memaafkan orang lain dan sikap-sikap mulia lainnya.

7. Penutup

Demikianlah makalah ini disampaikan, penulis yakin sebagai pengalaman kedua dalam menulis makalah ilmiah tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Karenanya dengan hati terbuka penulis sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik membangun dari teman-teman semua.

Wallâhul musta`ân wa a`lam.

---------------------------------------------
Foot Note :
1. Mannâ` Alqaththân, Mabâhits fi `Ulûm Alqur`ân, Maktabah Wahbah, Kairo, cet. ke-14, 2007 M, hal. 250
2. Al Isrâ` : 88
3. Hud : 13-14
4. Yunus : 38
5. Albaqarah : 23
6. Mannâ` Alqaththân, op. cit., hal. 250-251
7. AlHâfizh Jalâluddin Abdurrahman Assuyuthi, Al Itqân fî `Ulum Alqur`ân, Dar Alhadits, Kairo,cet. 2004, jilid 1-2, hal. 312-313.
8. Syekh Muhammad Abdul`azhim Azzarqânî, Mahanil Al`irfân fî Ulum Alqur`ân, Dar Alhadits, Kairo, jilid 3, dari hal. 277
9. Mannâ` Alqaththân, op. cit., hal.252-254
10. Ibid., hal. 257-270


Daftar Referensi :
1. AlHâfizh Jalâluddin Abdurrahman Assuyuthi, Al Itqân fî `Ulum Alqur`ân, Dar Alhadits, Kairo,cet. 2004
2. Mannâ` Alqaththân, Mabâhits fi `Ulûm Alqur`ân, Maktabah Wahbah, Kairo, cet. ke-14, 2007 M
3. Syekh Muhammad Abdul`azhim Azzarqânî, Mahanil Al`irfân fî Ulum Alqur`ân, Dar Alhadits, Kairo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar